Jumat, 06 Agustus 2010

BERTEMU PAK BEYE

MK,- JAKARTA Akhirnya Pak Beye tiba dengan selamat di Bintara Bekasi, tempat tinggal saya, tanpa PATWAL tapi diantar oleh Bebek Supra Fit kesayangan saya setelah kami bertemu di Trimedia Bookstore. Pak Beye hadir atas prakarsa Wisnu Nugroho atau akrab dipanggil Mas Inu, yang tulisannya di Kompasiana dibuat menjadi buku dan dieditori Jurnalis Senior Kompas Kang Pepih Nugraha. Pak Beye yang datang ke rumah adalah buku pertama Mas Inu dari tetralogi Sisi Lain Beye, seri pertama ini berjudul Pak Beye dan Istananya, dan berturut-turut akan menyusul Pak Beye dan Politiknya, Pak Beye dan Keluarganya, dan Pak Beye dan Kerabatnya. Satu buku lagi adalah tentang Jusuf Kalla berjudul lbhcplbhbq. Semuanya diambil dari tulisan mas inu di social blog Kompasiana yang jumlahnya sampai saat ini sudah mencapai 442 buah.
Mas Inu adalah jurnalis Kompas yang juga blogger di Kompasiana, selain bertugas secara profesional untuk berburu berita, dia melaporkan juga secara sukarela segala hal yang menurutnya tak penting kepada khalayak, khususnya bagi Kompasianer, Mas Inu yang bertugas sebagai Jurnalis Kompas di Istana Kepresidenan dari tahun 2004-2009 merupakan salah satu magnet Kompasiana, beberapa orang memberikan testimoni, alasan awalnya bergabung dengan Kompasiana karena tertarik dengan tulisan Mas Inu. Kata orang Laptop atau PC-nya Mas Inu tidak ada tombol Shift-nya sehingga tak akan ditemukan satu huruf kapitalpun di blognya, tapi mungkin itu bentuk perlawanannya terhadap kemapanan, dan dia tetap konsisten dengan huruf kecilnya. Jumlah tulisannya sudah ratusan, terakhir tercatat di profilnya 442, dengan ribuan komentar yang tentu semakin memperkaya tulisannya. Semboyannya adalah mengabarkan yang tak penting agar yang penting tetap penting “ Bukankah kisah penting selalu bergantung dan terjaga eksistensi kepentingannya pada kisah-kisah tidak penting disekitarnya?” begitu katanya.
Ditengah orang-orang penting yang beredar selama tugasnya di Istana, Mas Inu banyak menemukan “keajaiban-keajaiban”. Informasi ini mungkin tak akan kita ketahui secara luas jika tak disampaikan oleh Mas Inu, hal-hal tak penting seperti besarnya kasur Pak Beye, jenis-jenis kendaraan mewah yang digunakan oleh pejabat, keluarga Presiden maupun tamunya, bahkan patung-patung telanjang yang ditutupi kain di Istana Bogor disarikan ke kita oleh Mas inu lengkap dengan foto-fotonya.
Dari tulisannya kita bisa tahu bahwa presiden juga manusia biasa, kehidupan diluar rutinitasnya sebagai Presiden RI digambarkan oleh Mas Inu dengan dengan cerdas, jenaka, dan kadang-kadang penuh teka-teki.
Mas Inu juga jeli memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin dilewatkan oleh jurnalis lain atau orang-orang yang pernah berkunjung di istana, bahkan dalam salah satu tulisannya, ketika Presiden akan memberikan konferensi pers Mas Inu malah hampir ketinggalan berita karena lebih tertarik memperhatikan mobil mewah yang terparkir di istana. Dari tulisannya kita bisa tahu, kalo presiden ternyata penggemar soto ayam, punya tukang pijat yang setia mendampingi ketika dibutuhkan, perbedaan HP pak Beye dan pak JK, atau bagaimana Pak Beye begitu favorit terhadap angka 9. Selain orang penting yang diceritakannya Mas Inu bercerita tentang orang-orang “tak penting” di istana, orang-orang yang dalam buku ini dikategorikan sebagai orang-orang yang terlupakan, salah satu contohnya adalah, Pak Mayar seorang Petani dari Cikeas Udik yang pernah menjadi salah satu daya tarik kampanye pak Beye menjadi presiden di tahun 2004. Sosok lain misalnya diungkapkannya dalam judul Yang Bekerja dalam Senyap di Istana adalah para petugas pengangkat podium garuda dan pelantang. Saya baru tahu kalau ternyata podium itu didatangkan dari Jakarta mengikuti keberangkatan Pak Beye kunjungan ke daerah bahkan sampai di ujung Papua, dan kisah para pengangkat podium ini diceritakan dengan penuh empati oleh Mas Inu.
Selalu ada banyak hal baru yang akan kita temukan ketika membaca tulisan Mas Inu, termasuk bagaimana prosesi pengambilan gambar dilakukan ketika pak Beye akan melakukan konferensi pers, dengan membaca bukunya anda akan mengerti seperti apa di balik layar sebelum kita saksikan di TV maupun baca di media massa. Mungkin tidak akan ada nilai beritanya jika sebuah konferensi pers gagal dilaksanakan karena artinya tak ada hal penting yang bisa diberitakan dan Mas Inu justru menginformasikan banyak hal dibalik itu, tentu  tidak melalui tulisannya yang tidak diberitakan di Kompas.com tapi melalui tulisannya diblog dan dibukunya tentunya.
Banyak orang murah hati didunia ini, bagi anda yang menyangsikannya anda mungkin harus berkenalan dengan Mas Inu. Kemurahan hati Mas Inu tidak hanya dirasakan oleh saya, tapi oleh banyak orang yang pernah membaca tulisannya di kompasiana, anda boleh tak setuju, tapi ada baiknya mengecek tulisannya, mungkin anda akan berubah pikiran, jika tidakpun tak apa-apa juga, Mas Inu saja mungkin tak setuju dengan apa yang saya katakan. Bukan hanya karena saya pernah dikirimi baju kaos gratis dari mas inu saya mengatakan dia murah hati, tapi juga karena begitu banyak informasi yang bisa dibagikan ke kita. Selamat membaca. dan mengoleksi .Di Gramedia dan Trimedia Bookstore banyak kok.
Pak Beye, Mbah Surip dan Obama. Ketiganya punya hubungan, temukan di buku Pak Beye dan Istananya. (Red)

PAK BEYE DAN ISTANANYA ( KOMPAS )

JAKARTA, MK.com — Judul di atas merupakan ungkapan kekaguman pakar komunikasi Effendi Ghazali dalam peluncuran dan diskusi buku Pak Beye dan Istananya di Toko Buku Gramedia, Grand Indonesia, Rabu (4/8/2010). Buku ini karya Wisnu Nugroho, wartawan Kompas yang bertugas di Istana Kepresidenan selama 2004-2009.

"Semuanya berawal dari keresahan yang selalu saya rasakan," tuturnya memulai diskusi. Satu demi satu keresahan wartawan yang akrab dipanggil Inu ini dituangkan dalam tulisan di Facebook. Kemudian di-posting juga di jejaring blog Kompasiana.

Inti cerita dalam buku ini adalah sisi lain kehidupan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, orang nomor satu di Indonesia. Dalam semua tulisannya, Inu menyebut SBY sebagai Pak Beye. Sebutan ini tidak umum, tetapi sebenarnya keluar dari mulut Pak Mayar.

Pak Mayar, menurut Inu, adalah ikon hidup kerakyatan bagi kampanye SBY. Bapak tua ini peladang penggarap miskin di Cikeas Udik yang ditemui SBY saat berkampanye untuk memenangkan pemilihan presiden tahun 2004.

Banyak kisah di balik layar yang diungkap Inu ke publik. Misalnya, suatu siang, pertengahan Maret 2006, seusai menerima puluhan murid dan beberapa guru Sekolah Dasar Al-Azhar I Jakarta di ruang kerjanya, Pak Beye mengajak tiga wartawan ke ruang makan kecilnya.

"Sudah makan siang belum? Mau lihat makan siang Presiden?" tanya Pak Beye. Ternyata menu makan Presiden juga cukup sederhana, nasi dan soto ayam plus telur rebus terbelah, telur dadar, dan perkedel kentang.

Kisah lainnya mungkin tak Anda duga bahwa door stop di Kantor Presiden hanyalah rekayasa. Pertanyaan dari wartawan dan jawaban Presiden juga sudah disiapkan oleh staf-stafnya. Ada pula kisah jeli Inu mengamati mobil sedan Bentley yang biasa dipakai Ibu Ani Yudhoyono untuk promo Indonesia Pintar ke seluruh Indonesia.

Atau cerita ukuran kasur Pak Beye yang harus digotong karena pindah rumah. Cukup menarik juga kisah tentang tidak percaya dirinya Pak Beye suatu kali di mimbar. Macam ragam cerita di Istana yang, menurut Inu, publik berhak tahu.

Sisi lain tentang Presiden SBY ini dirangkum menjadi tetralogi. Pak Beye dan Istananya merupakan buku pertama. Tiga buku lainnya yang juga akan diterbitkan Penerbit Buku Kompas adalah Pak Beye dan Politiknya, Pak Beye dan Keluarganya, serta Pak Beye dan Kerabatnya. Menanggapi bukunya sendiri, Inu berujar, "Buku ini mengabarkan yang tidak penting agar yang penting tetap penting." (Red)

PJS BUPATI TANBU MENGHIMBAU PNS NETRAL DI PEMILU KADA PUTARAN KE-II

Tanah Bumbu,
Penjabat Bupati Tanah Bumbu, Gusti Hidayat melakukan kunjungan kerja dan silaturahmi ke kantor Kecamatan, Jum'at (6/8).

Yang mendapat kunjungan adalah kantor Kecamatan Simpang Empat guna silaturahmi dengan seluruh PNS, anggota Muspika, Kepala Desa dan Tokoh masyarakat. Acara digelar di aula kantor Camat.
Di hadapan tamu undangan yg hadir, Gusti Hidayat mengimbau kepada seluruh elemen masyarakat agar mengawal pelaksanaan Pemilukada Putaran Kedua sehingga bisa berjalan lancar dan aman. Kepada para PNS ia meminta hendaknya agar bersikap netral dalam menggunakan hak pilih yang mereka miliki, memilih sesuai hati nurani, tidak ada intervensi dari pihak manapun. Hal senada juga disampaikan oleh Camat Simpang Empat, Kursani kepada para bawahannya serta para Kepala Desa.
Di sela-sela acara Gusti Hidayat ketika disinggung terkait kemungkinan adanya pergantian atau mutasi pejabat di lingkungan Pemkab Tanah Bumbu selama ia menjabat, akan dilakukan sesuai aturan yang ada. "Kecuali ada laporan, itupun akan ditindak lanjuti, dan sesuai peraturan yang ada," tandasnya.
Selanjutnya kunjungan kerja dan acara yang sama juga dilakukan Penjabat Sementara Bupati Tanah Bumbu di kantor Camat Satui. (Roni) JNS

ASPAL DAN JEMATAN KOTABARU RUSAK

MK KOTABARU Baru kurang lebih tiga bulan pengaspalan dari kabupaten kota baru kota baru yang menghubungkan kecamatan pulau laut tengah, saipinang tanjung serdang kini terlihat sudah rusak. pengaspalan tambal sulam kini juga sudah terlihat retak2 dan aspal yang tambal sulam sudah mulai terkikis. demikian yang terjadi di kabupaten kotabaru kalimantan selatan dimana terlihatnya lemahnya landasan kebijakan dan analisis kelayakan yang dangkal pada pembangunan iinsfa stuktur secara kusus.
Ada contoh baru dimana kurang pedulinya pemerintah idaerah kotabaru di desa sengayam misalnya jembatan yang menghubungkan provinsi kalsel dan kaltim yaris putus, dan adalagi dimana di daerah perbatasan kota baru masyarakatnya lebih condong menggunakan fasilitas yang ada di kaltim ketimbang di kabupaten kotabaru sebenarnya kalok kita fikir dan kita sadari kab.kotabaru di daerah perbatasan tergolong kecolongan oleh tetengga kabupaten ditunjukkanya banyak motor atau mobil yang bernomor polisi KT bukan DA. (Roni)

Warga Demo Hentikan Aktivitas Penanaman Sawit



Tanah Bumbu: Mitra keadilan
Sekitar 300 warga Desa Rejosari Kecamatan Mantewe Kabupaten Tanah
Bumbu Berbondong- bondong hentikan aktivitas penanaman perkebunan
sawit Milik Oknum pimpinan perusahaan perkebunan.
Pasalnya lahan yang dijadikan pekebunan tersebut kondisinya masih
terjadi sengketa atau tumpang tidih legalitasnya, sedangkan kejelasan
proses hukumnya juga belum ada keputusan namun sejauh ini pihak yang
mengklaim membeli dari desa tetangga tetap melakukan aktivitas
penanaman tanpa pengidahkan keberatan warga Desa setempat Yang juga
memiliki Bukti surat menyurat yang diterbitkan oleh Pemerintah
setempat Bahkan diantaranya mengantongi legalitas yang diterbitkan
pada masa Trasmigrasi.
Wagino (43) ketua Panitia Demo tersebut ketika dikonfirmasi dilapangan
Senin (26/7) mengatakan ”Kami sudah melayangkan surat pemberitahuan
Untuk melaksanakan Demo tersebut dengan tujuan supaya pihak yang
menanami menghentikan aktivitas penanamanya sebelum ada kejelasan dari
Pihak- pihak yang berwenang dalam hal kejelasan status kepemilikan
lahan tersebut, Ungkapnya.
Ditambahkan, Warga sebenarnya tidak mau merugikan Pihak lain namun
Warga hanya menuntut hak mereka yang telah di klaim oleh Rino, Oleh
sebab itu mereka menjalankan aksi mereka dengan tertib dan damai, kata
Wagino.
Aksi demo tersebut mendapat pengawalan dari pihak aparat kepolisian
Polsek Mantewe dengan tujuan Supaya Aksi warga berjalan tertib Dan
tidak Anarkis sehingga masing- masing pihak tidak ada yang dirugikan
“ungkap Kapolsek Mantewe Iptu Sigit Rahayudi Ketika ditemui Wartawan
di lokasi Demo”.
Polres Tanah Bumbu Melalui Kanit 4 Iptu Rohayadi saat dikonfirmasi
melalui telepon genggamnya Rabu (28/7) terkait kasus sengketa tanah
Desa Rejosari yang selama ini ditangani pihaknya mengatakan, Kami
tidak bisa bertindak sendiri karena masalah tersebut melibatkan
beberapa instansi seperti BPN sebagai Saksi Ahli tentang batas-
batasnya Tanah masa Trasmigrasi tahun 1983 dokumen tersebut yang masih
kami tunggu dari BPN Tanah bumbu,Ungkapnya.
Terpisah Kepala BPN Tanah Bumbu H.Sulaiman Khurdi Ketika dikonfirmasi
Melalui Telepon genggamnya Rabu (28/7) tidak bisa menjelaskan terkait
masalah tersebut dia hanya mengatakan Coba nanti saya Intuksikan
kepada staff saya Karena sekarang saya masih di jalan, Ungkapnya.
Beberapa warga yang ikut menggelar Demo mengatakan apabila
permasalahan tersebut  terus berlarut- larut tanpa kejelasan kami akan
menggelar Aksi yang sama dengan massa lebih banyak lagi Ke Kantor BPN
Tanbu maupun ke POLRES Tanbu ungkap beberapa warga kepada Mitra
Keadilan.    (E.S)