KEDIRI MK, Dalam setahun ini, sudah empat wartawan di wilayah Matraman menjadi korban kekerasan. Mereka menjadi korban saat menjalankan tugasnya di Kota/Kabupaten Kediri, Kota/Kabupaten Blitar, Tulungagung, Nganjuk, Trenggalek, Jombang, Kota/Kabupaten Madiun Pacitan, Ngawi, hingga Ponorogo.
Demikian data yang terhimpun oleh Divisi Advokasi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) wilayah Kediri. Keempat kasus kekerasan yang menimpa wartawan tersebut rata-rata terjadi saat dilangsungkan pemilu legislatif, Juni lalu.
Keempat wartawan yang menjadi korban kekesan tersebut adalah Aris (Harian Memorandum), Samsul Hadi (reporter Radio Bonansa), Yomi (TVRI), dan Mochtar Bagus (RCTI). Aris yang bertugas di Ponorogo dipaksa menandantangani Berita Acara Pemeriksaan (BAP) terkait pemberitaan kecurangan Eddie Baskoro Yudhoyono (putra Presiden SBY), dalam pemilihan legislatif wilayah VII.
“Itu terjadi sekitar Juni lalu. Tindakan polisi ini berlebihan dan intimidatif,” kata Ketua Aji Kediri, Hari Tri Wasono.
Samsul Hadi digeruduk caleg gagal dari PDIP, Enthog Gondrong, bersama anak buahnya, di kantornya. Samsul dipukul dan harus meminta maaf secara terbuka di kantor DPC PDIP Kabupaten Kediri. Berlanjut pada Juli, terjadi pemukulan dan perusakan kamera oleh turis asing terhadap Yomi, wartawan TVRI di Kabupaten Madiun. Yomi saat itu mengambil gambar korban kecelakaan lalu lintas. Turis itu menjadi korban laka dan dirawat di rumah sakit. Guide dan teman turis itu memukul Yomi.
September lalu, warga Desa Diwek, Jombang, mengeroyok Mochtar Bagus, wartawan RCTI Mochtar meliput pesta petasan bersama wartawan yang lain. Saat dia menjelaskan kepada sejumlah pemuda, dia malah dikeroyok hingga dirawat di rumah sakit.
“Beberapa faktor hingga orang cenderung anarkis bisa karena rendahnya profesionalitas media, terutama reporter. Kode etik jurnalistik harus dipahami. Kami mendesak kepada pemerintah dan aparat penegak hukum agar memberikan perlindungan secara penuh terhadap kinerja jurnalis,” kata Hari. ( Red )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar